Kamis, 03 Februari 2011

Hujan deras

IDwebhost.com Trend Hosting Indonesia ~> Hujan deras yang mengguyur kawasan Kabupaten Tapanuli Utara (Taput) dalam beberapa hari terakhir menimbulkan kecemasan bagi warga,khususnya yang tinggal di sekitar tanggul Aek Godang atau yang disebut dengan Sungai Sigeaon.

Salah seorang warga setempat yang tinggal di sekitar Jalan HKI, Kota Tarutung,Tiur br Silitonga,36, mengatakan, kenaikan debit air Sungai Sigeaoan sangat mengejutkan warga.Pasalnya, biasanya, setinggi apapun curah hujan, debit air sungai tidak pernah setinggi sekarang ini.Dia khawatir,tanggul bisa jebol sewaktu-waktu jika pemerintah tidak segera mengantisipasi. ”Dulu waktu saya masih kecil, tanggul itu sudah pernah jebol dan semua warga panik. Karena itu, kami berharap pemerintah mencari solusi untuk mengurangi tingginya debit air,terutama di saat hujan deras sekarang ini,” tuturnya kepada SINDO,kemarin.

Tiur menjelaskan, selain debit air yang sangat tinggi saat ini,warna air Sungai Sigeaon yang kuning berlumpur juga turut mencemaskan warga. Air yang lebih kuning dari biasanya bisa menjadi pertanda kondisi lingkungan sekitar yang mengalami kerusakan atau adanya pengikisan tanah di kawasan perbukitan akibat penebangan pohon.”Warna air biasanya tidak sekuning sekarang ini,”ujarnya. Sementara itu,warga Kota Tarutung lainnya, Marihot Tobing,42, menuturkan, debit air Sungai Sigeaon yang meningkat diduga akibat kiriman dari hulu. Dia juga mengaku sangat mengkhawatirkan debit air yang naik dan lebih tinggi dari biasanya.Apalagi, Sungai Sigeaon berada di kawasan permukiman dan jalan besar.

”Kalau tanggul itu jebol, kami tidak bisa membayangkan banjirnya seperti apa,” ungkap Marihot. Marihot mengatakan, ketika tanggul yang membendung Sungai Sigeaon pernah jebol,banyak warga yang terpaksa mengungsi karena khawatir. Jika kondisi itu terulang lagi, maka akan banyak warga yang menjadi korban, terutama di kawasan Jalan HKI hingga kawasan Huta Barat yang merupakan kawasan permukiman padat. ”Harapan kami,jangan sampai tanggul Sungai Sigeaon jebol lagi. Sebab, kawasan-kawasan itu berada di bawah sungai,”ujarnya. Sementara itu, anggota DPRD Taput Charles Simanungkalit mengatakan, sesuai survei identifikasi Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Taput tahun 2004 lalu, kinerja Daerah Aliran Sungai (DAS) hulu sungai Aek Sigeaon Taput memang memburuk.

Jika kerusakan DAS sungai yang menjadi ikon Kabupaten Taput itu tidak segera diantisipasi, dikhawatirkan akan terjadi banjir di kawasan ibu kota Taput. ”Kita berharap agar pemerintah daerah mengawasi debit air Sungai Sigeaon dan mengantisipasi kemungkinan terburuk yang bisa muncul jika debitnya terus naik.Sebab,jika tidak,yang paling merasakan dampaknya nanti warga di sekitar sungai,”paparnya. Charles juga mengharapkan agar Pemkab Taput mengambil sikap yang tegas terkait kerusakan lingkungan di kawasan Sungai Aek Sigeaon tersebut, sebagaimana yang dilaporkan wargakepada DPRD. Salah satu penyebabnya diduga akibat aktivitas penebangan pohon. ”Jadi, krisis lahan hulu Sigeaon sudah berlangsung lama.

Penyebab utamanya adalah penebangan hutan pinus yang sembarangan,” kata Charles. Kepala Dinas Kehutanan Pemkab Taput Alboin Siregar sebelumnya mengungkapkan bahwa sesuai hasil tinjauan pihaknya di lapangan, tidak ada penebangan pohon pinus di Dusun Sandaran,Kabupaten Taput.Namun,dia mengakui di Dusun Pansinaran ditemukan penebangan pohon pinus yang dilakukan tanpa izin. ”Kami sudah menerima laporannya sejak tanggal 1 Mei lalu dan kemudian kami cek ke lapangan.

Jadi hanya di Pansinaran yang ditemukan penebangan yang dilakukan oleh M br S.Namun, itu sudah ditertibkan dengan mengeluarkan larangan pengangkutan kayunya ke luar,”tandasnya.

0 komentar:

Posting Komentar